3 WAKTU YANG TEPAT UNTUK MENGARAHKAN  ANAK

3 WAKTU YANG TEPAT UNTUK MENGARAHKAN  ANAK
Oleh Abu Rufaydah Endang Hermawan

Orang tua dan guru hendaknya memilih waktu yang tepat untuk mengarahkan anaknya. Hal tersebut akan berpengaruh pada respons yang ditunjukkan anak. Memilih waktu yang baik atau tepat akan mempermudah orang tua  dan guru dalam menanamkan nilai pendidikan pada anak. Pada waktu yang tepat anak dianggap telah siap diarahkan. Di saat orang tua  dan guru mengarahkan dan anak pun siap menerima pengarahan tersebut, tujuan yang ingin dicapai pun akhirnya bisa terealisasi dengan baik.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sosok yang paling tepat telaten dalam mencari waktu dan tempat yang tepat untuk mengungkap serta mengarahkan pandangan anak dalam rangka memperbaiki perilaku anak yang menyimpang dan membentuk kepribadian yang lurus.

Minimal penulis sebutkan tiga waktu yang Nabi terapkan yang bisa kita optimalkan untuk mengarahkan anak yaitu sebagai berikut:

  1. Ketika rekreasi ataupun dalam perjalanan bersama.

Abdullah bin ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– menceritakan, suatu hari saya berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda, “Hai Anak Kecil, aku ajarkan kepadamu beberapa untai kalimat: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya kau dapati Dia di hadapanmu. Jika engkau hendak meminta, mintalah kepada Allah, dan jika engkau hendak memohon pertolongan, mohonlah kepada Allah. Ketahuilah, seandainya seluruh umat bersatu untuk memberimu suatu keuntungan, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Dan andaipun mereka bersatu untuk melakukan sesuatu yang membahayakanmu, maka hal itu tidak akan membahayakanmu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” (HR. At-Tirmizi)

Keadaan dalam peristiwa di atas adalah di suatu perjalanan. Keduanya sedang berjalan bersama di atas Bighol (keledai). Lihatlah Nabi tidak memberikan arahan kepadanya di tempat yang khusus, namun justru di tempat penuh dengan udara yang segar. Dalam keadaan itulah secara psikis, anak siap menerima semua arahan ataupun nasihat.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abdullah bin Ja’far, ia berkata, ”Pada suatu kesempatan Rasulullah menaikkan aku di belakang beliau (dalam boncengannya) kemudian beliau membagi rahasia yang tidak pernah kuungkapkan kepada siapapun. Sesungguhnya, Rasulullah suka bila aku menyimpannya demi suatu tujuan tertentu.”

Rasulullah pun mengoptimakan momen perjalanan untuk menanamkan ketauhidan dan keimanan pada anak tetang qadha dan qadar-Nya, baik yang baik maupun yang buruk. Juga mengajarkan anak untuk lebih optimis dalam menghadapi hidup dengan penuh harapan dan keberanian. Juga memotivasi anak agar menjadi individu yang bermanfaat dalam masyarakatnya. Juga memberikan pemahaman padanya bahwa sesungguhnya setiap individu manusia diperintahkan untuk mentaati Allah.

Momentum seperti ini pun bisa dilakukan oleh ortu dan guru ketika membonceng anak di motor atau dalam mobil, bahkan ketika berjalan bersama pun pesan dan nasehat itu bisa tersampaikan. Oleh karena itu momen seperti ini jangan disia-siakan.

  1. Waktu Makan

Waktu makan adalah memontum yang tepat untuk mengarahkan dan menasehati anak, di hadapan hidangan makanan terkadang anak-anak melakukan perbuatan yang tidak layak. Mulai dari makanan dengan tangan kiri, tidak memulai dengan do’a atau mengambil makanan tanpa adab dan tatakrama. Oeh karena itu ementum makan bersama anak adalah meomentum yang sangat mahal dan berharga, orang tua dan guru harus hadir di waktu tersebut.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Umar bin Abu Salamah, yang kala itu beliau masih belia,

يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ » . فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِى بَعْدُ

“Wahai Anakku, bacalah “bismilillah”, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu. (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)

Lihatah bagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam makan bersama anak-anak. Beliau memperhatikan dan mencermati sejumlah kesalahan. Kemudian beliau memberi pengarahan dengan metode yang dapat mempengaruhi akal dan meluruskan kesalahan-kesalahan yang dilakukan.

Begitupun dengan para sahabat yang senantiasa mengajak anak-anak mereka untuk menghadiri berbagai acara. Terlebih lagi acara yang dihadiri oleh Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam. Pada acara tersebut anak-anak belajar banyak hal yang bermanfaat dan berbagai adab, sehingga mereka mendapatkan kekuatan dan kemampuan sejati sedikit demi sedikit.

Ortu bisa mengaplikasikan momen ini ketika di rumah dan guru bisa melakukkannya di jam istirahat dengan membersamai anak-anak ketika makan. Kondisi seperti ini sering kita jumpai, namun kerap kesempatan itu beralu tanpa bernilai.

  1. Waktu Sakit

Sakit dapat melunakkan hati orang dewasa yang keras. Maka apa pendapat anda dengan hati anak-anak yang masih lembut dan mudah menerima ? anak kecil ketika sakit ada dua keutamaan padanya untuk meuruskan kesalahan-kesalahan dan perilakunya bahkan keyakinannya, yaitu keutamaan fitrahnya dan keutamaan lunaknya hatinya ketika sakit.

Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan contoh keteladanan kepada kita tentang seorang anak Yahudi yang sedang sakit, beliau menjenguknya dan mengajaknya untuk masuk islam.

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ غُلاَمٌ يَهُودِيٌّ يَخْدُمُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَرِضَ فَأَتَاهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُهُ، فَقَعَدَ عِنْدَ رَأْسِهِ فَقَالَ لَهُ: ((أَسْلِمْ)) فَنَظَرَ إِلَى أَبِيْهِ وَهُوَ عِنْدَهُ فَقَالَ لَهُ: أَطِعْ أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْلَمَ فَخَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَقُوْلُ: ((الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِي أَنْقَذَهُ مِنَ النَّارِ))

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, “Ada seorang anak Yahudi yang selalu membantu Nabi shallallahu ‘alaihi was allam, kemudian ia sakit. Maka, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menengoknya, lalu duduk di dekat kepalanya, seraya mengatakan, ‘Masuk Islam-lah!’ Maka anak Yahudi itu melihat ke arah ayahnya yang berada di sampingnya, maka ayahnya berkata, ‘Taatilah Abul Qasim (Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).’ Maka anak itu akhirnya masuk Islam. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar seraya mengatakan, ‘Segala puji hanya milik Allah yang telah menyelamatkannya dari siksa Neraka.” (HR. Bukhari)

Lihatlah anak ini sehari-harinya menjadi pelayan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, namun beliau tidak mengajaknya masuk islam sampai beliau menemukan waktu yang tepat untuk mendakwahinya dengan mendatangi dan menjenguknya ketika ia sakit.

Sering kali ortu di hadapkan pada situasi cemas dan khawatir ketika anaknya sakit, padahal di momon itu sangat tepat untuk mengarhkan anak kepada kebaikkan. Demikian juga dengan guru bisa dilakukkan di sekolah atau tegur sapa dan naseihat itu bisa dilakukan via telepon dan cara lainnya.

Demikian tiga waktu utama yang tepat untuk orang tua dan guru dalam memberikan pengarahan kepada anak dan membagun kepribadiannya yaitu dalam perjaanan, waktu makan dan waktu sakit. Semoga kita mampu mengamalkan apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lakukan.

Disadur secara ringkas dari Kitab Manhaj at-Tarbiyyah an-Nabawiyyah Lith Thifl, hlm. 91-93

Loading

Leave a Comment