POTRET ADAB MURID KEPADA GURU

POTRET ADAB MURID KEPADA GURU
Oleh Abu Rufaydah

Imam Az Zarnuji rahimahullah mengisahkan dalan kitabnya Ta’lim al Muta’allim Wa Thoriqotu at Taallum, bahwa khalifah Harun ar-Rasyid rahimahullah mengirimkan putranya kepada Ashma’i rahimahullah supaya diajari ilmu dan akhlak yang terpuji.

Kemudian pada suatu hari Harun ar-Rasyid melihat Ashma’i sedang wudhu membasuh kakinya dengan air yang dituangkan oleh putra khalifah. Melihat pemandangan seperti itu, Harun ar-Rasyid berkata, “Aku kirim anakku kepadamu supaya kamu mengajarinya ilmu dan adab lalu kenapa tidak kamu perintah dia untuk menuangkan air dengan tangan kirinya supaya tangan kanannya bisa membasuh kakimu ? (Az-Zarnuji dalam Kitab Ta’lim Muta’allim Pasal Fii Ta’dhimil Ilmi Wa Ahlihi).

Saudaraku, apa komentar anda ketika membaca kisah singkat ini ? Lalu bagaimana jika orangtua sebagai bangsawan di zaman ini mendapati anaknya diperlakukan seperti itu ? Bagimana orang lain menilai guru seperti Ashma’i jika terjadi di zaman ini ? Iya kita sudah terlalu jauh dari kisah dan potret kehidupan para ulama dahulu. Kita terlalu baper dengan suasana pendidikan saat ini. Di tambah HAM mengamini kondisi yang terjadi.

Ya adab memiliki perhatian yang sangat besar oleh para ulama dan orang tua terdahulu, bahkan para penguasa di zaman salaf shalih sangat mengerti akan urgensi adab dan akhlak. Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam sebelum diutus menjadi seorang Nabi dikenal di masyarakat arab saat itu dengan julukan Shadiqul Amin (Jujur lagi terpercaya). Maka pantas jika Nabi dikagumi akan ketinggian akhlaknya sekalipun ditolak ajarannya.

beriku ini beberapa potret perhatian ulama dahulu terhadap adab dan akhlak, dikisahkan oleh Ahmad bin Sinan mengenai majelis Abdurrahman bin Mahdi, guru Imam Ahmad, beliau berkata,

كاَنَ عَبْدُ الرَّحْمَن بنُ مَهْدِي لَا يَتَحَدَّث فِي مَجْلِسِهِ، وَلَا يَقُومُ أَحَدٌ وَلاَ يَبْرِىُ فِيْهِ قَلَمٌ، وَلاَ يَتَبَسَّمٌ أَحَدٌ

“Tidak ada seorangpun berbicara di majelis Abdurrahman bin Mahdi, tidak ada seorangpun yang berdiri, tidak ada seorangpun yang mengasah/meruncingkan pena, tidak ada yang tersenyum.” (Siyaru A’lamin Nubala’ 17/161, Mu’assasah Risalah, Asy-syamilah).

Berikut beberapa kisah dari ulama, mereka menekankan agar belajar adab dahulu baru ilmu. Imam Malik rahimahullahu mengisahkan,

مَالِكَ بْنَ أَنَسٍ ، يَقُولُ : ” قُلْتُ لِأُمِّي : أَذْهَبُ فَأَكْتُبُ الْعِلْمَ ، فَقَالَتْ لِي أُمِّي : تَعَالَ فَالْبَسْ ثِيَابَ الْعُلَمَاءِ ثُمَّ اذْهَبْ ، فَاكْتُبْ ، فَأَلْبَسَتْنِي ثِيَابًا مُشَمَّرَةً وَوَضَعَتِ الطَّوِيلَةَ عَلَى رَأْسِي ، وَعَمَّمَتْنِي فَوْقَهَا ، ثُمَّ قَالَتْ : اذْهَبِ الْآنَ فَاكْتُبْ ” .

“Aku berkata kepada ibuku, ‘Aku akan pergi untuk belajar.’ Ibuku berkata,‘ Kemarilah!, Pakailah pakaian ilmu!’ Lalu ibuku memakaikan aku mismarah (suatu jenis pakaian) dan meletakkan peci di kepalaku, kemudian memakaikan sorban di atas peci itu. Setelah itu dia berpesan, ‘Sekarang, pergilah untuk belajar!’ Dia juga pernah mengatakan, ‘Pergilah kepada Rabi’ah (guru Imam Malik, pen)! Pelajarilah adabnya sebelum engkau pelajari ilmunya!’.” (‘Audatul Hijaab 2/207, Muhammad Ahmad Al-Muqaddam, Dar Ibul Jauzi, Koiro, cet. Ke-1, 1426 H, Asy-Syamilah)

Rasa-rasanya sudah banyak alumni di negri ini yang cerdas nan pintar, tapi kemana alumni yang berakhlak dan berbudi pekerti yang luhur ? Jika pendidikan sudah tidak lagi menjadi harapan kedepan, lalu darimana perbaikan itu akan dimulai ?

Kita ingat bahwa pendidikan bukan segalanya, tapi segalanya dimulai dari pendidikan. Melihat kondisi pendidikan kita yang kian hari kian rusak dan tak terkendali, maka yang harus dilakukan adalah semua yang terlibat harus bertanggung jawab untuk memperbaiki pendidikan kita.

Imam Malik bin Anas Rahimahullah berkata :

لَنْ يُصْلِحَ آخِرَ هَذِهِ الأُمَّةِ إِلاَّ مَا أَصْلَحَ أَوَّلَهَا

Tidak akan bisa memperbaiki kondisi orang-orang yang datang kemudian dari umat ini kecuali dengan apa yang telah memperbaiki kondisi orang-orang petamanya. (Iqtidho Shiratal Mustaqim, hlm 367)

Maka cara terbaik untuk memperbaiki umat dan generasi muda adalah dengan menengok kembali, bagaimana Nabi memperbaiki umatnya. Wallahu A’lam

Abu Rufaydah
Cianjur Kota Santri, 8 Februari 2018

Loading

Leave a Comment