BERIKAN PUJIAN DAN PENGHARGAAN KEPADA MURID
Oleh Abu Rufaydah
Pujian dengan kata yang sederhanan dan singkat serta penghargaan dengan berbagai bentuknya memiliki peran yang mampu menyihir di dalam memikat hati anak didik, memperbaharui semangat, melebur kemalasan, mendorong keinginan menambah ilmu, dan pengaruh positif lainnya yang ditimbulkan oleh pujian dan penghargaan.
Sebaiknya orang tua dan para pendidik menggunakan konsep ini setiap kali menemukan kemajuan dan kebosenan di tengah-tengah muridnya, atau adanya maslahat di dalam menggunakannya. Bentuk penghargaan sangatlah bervariasi, akan tetapi semuanya bertemu pada titik pengaruh positif yang diciptakannya, tingkat pengaruhnya sesuai dengan perbedaan yang ada.
Syaikh Fu’ad ibn Abdul Aziz Asy Syalhub dalam kitabnya Al Mua’allim al Awwal (Qudwah likulli Mu’allimi wa Mu’allimah) menuliskan beberapa bentuk penghargaan yang penulis rungkas sebagai berikut;
- Penghargaan dalam bentuk materi, merupakan penghargaan yang paling kuat pengaruhnya terhadap murid. Rasulullah telah melakukan hal ini, ketika beliau membariskan Abdullah, Ubaidah, dan beberapa anak keturunan dari al Abbas, kemudian beliau bersabda;
“Barangsiapa yang lebih dahulu sampai kepadaku, maka baginya begini dan begitu. Maka merekapun berlomba-lomba untuk sampai kepada beliau lalu menjatuhkan diri di punggung dan dada beliau. Beliau menciumi dan merangkul mereka. (HR. Ahmad).
Penghargaan dengan materi tidak selalu dentik dengan hal-hal yang mahal. Bisa diberikan makanan sederhana atau alat-alat tulis seperti pensil dan sejenisnya. Pensil atau peremen yang diberikan karena hasil prestasi dan diberikan oleh ortu atau guru karena usaha yang anak lakukan akan memiliki kesan tersendiri baginya. Anak akan merasa dihargai dan diperhitungkan hasil usahanya dengan diberikan penghargaan.
- Penghargaan dalam bentuk do’a, yaitu mendo’akan siswa dengan keberkahan, kebaikan, taufiq, dan yang sejenisnya. Hal ini jarang ditemukan di tengah-tengah para orang tua dan guru.
Abdullah ibn Abbas radhiallahu anhu sangat berkesan dengan akhlak Nabi, bahkan beliau sendiri yang menceritakannya, Ibnu Abbas berkata; ketika Nabi masuk ke kamar kecil lalu aku meletakan untuk beliau air wudhu. Beliau bertanya, siapa yang meletakan air ini ? Maka dia pun memberitahukan kepada beliau. Beliau berdo’a :
اللَّهُمَّ فَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
Ya Allah Pahamkanlah dia dalam urusan agama. (HR. Al Bukhari).
Ibnu Hajar al-Asqolani rahimahullah berkata, “At Taimi berkata, Di dalamnya terdapat anjuran memberi penghargaan dalam bentuk do’a. Ibnu Munir berkata, Yang melatar belakangi do’a tersebut untuk Ibnu Abbas supaya dia dipahamkan dalam urusan agama karena dia meletakan air….(Fathul Baari, hal. 1295).
Perhatikan balasan Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam kepada Ibnu Abbas yang memberikan air kepadanya, dibalas dengan do’a yang luar bisa. Dan siapa diantara kita yang tidak kenal dengan kecerdasan dan kefaqihan Ibnu Abbas ? Lembaran sejarah telah menulis dengan tinta emasnya tentang kebesaran Ibnu Abbas. Iya bermula dari memberi Air, berujung do’a yang diberkahi.
- Penghargaan dalam bentuk sanjungan (pujian). Yaitu seperti pujian anda kepada murid, “Bagus”, hebat, cerdas dan semisalnya. Metode ini mampu menumbuhkan rasa percaya diri murid terhadap keilmuannya dan memotivasi yang lain untuk meraih pujian ini dari guru, serta memberi murid rasa puas dengan apa yang telah dicurahkannya di dalam belajar.
Hal ini pernah Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam lakukan kepada Abu Munzir radhiallahu anhu. Ketika dia mampu menjawab pertanyaan Nabi kepadanya tetang ayat yang paling mulia dalam al Quran. Ibnu Mundzir menjawab, ayat yang paling mulia adalah ayat kursi. Ibnu Mundzir berkata; lalu Nabi menepuk dadaku seraya berkata memuji, Demi Allah, sungguh ilmu teramat gampang atasmu, wahai Abu Mundzir. (HR. Muslim).
Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Di dalamnya terdapat keutamaan yang agung bagi Ubay (Abu Mundzir) dan bukti keluasan ilmunya. Didalamnya juga terdapat pemuliaan beliau terhadap sahabat-sahabatnya yang utama serta pemberian kunyah buat mereka….(Syarah Muslim no. 810).
Muhammad ibn Jamil Zainu rahimahullah berkata, “Bagi guru yang menginginkan sukses, seharusnya memuji murid jika dia melihat mereka adanya indikasi baik dalam tingkah lakunya ataupun dalam kegigihannya. Seperti berkata kepada murid yang bisa menjawab dengan perkataan Baarakallahu fiik (semoga Allah memberi keberkahan padamu). (Nida Ila Murabbin wal Murabbiyaat, hlm. 83).
Kata-kata indah seperti ini akan memacu murid, menguatkan segi mentalnya, dan meninggalkan kesan baik pada dirinya, yang akan menjadikannya senang kepada guru dan sekolahnya, otaknya akan terbuka menerima pelajaran, dan dalam waktu yang sama akan menjadi motivatir bagi rekan-rekannya untuk menirunya di dalam adab, tingkah laku, dan kegigihannya.
Kabar gembira dan ancaman di dalam al Quran masing-masing disebutkan sebanyak 25 kali. Maknanya bahwa orang tua dan guru harus seimbang dalam memberikan kabar gembira dan ancaman yang sesuai Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam contohkan dalam metode pembelajaran beliau kepada sahabatnya. Jangan terlalu berlebihan dalam memuji yang berakibat tinggi hati pada anak didik juga jangan terlalu berlebihan dalam mengancam yang berakibat putus semangat dan motivasi pada anak.
Wallahu A’lam…
Selamat mencoba wahai para orang tua dan mujahid pendidikan…
Cianjur, 14 Sya’ban 1439 H
Abu Rufaydah Endang Hermawan Unib